skip to main |
skip to sidebar
Bagaimana Realita Sifat dan Sikap Allah terhadap ulah para Jin
Mengenai sifat dan sikap Allah yang berkenaan dengan ulah para Jin dalam mempengaruhi manusia, dapat kita lihat di dalam Al-qur’an pada :
Surat 6 Al An’aam Ayat : 100
Surat 6 Al An’aam Ayat : 100
Berdasarkan ayat ini, kita ketahui bahwa Allah Maha Suci dan Maha Tinggi.
Maha Suci dan Maha Tinggi dari sifat-sifat yang diberikan oleh orang-orang yang menjadikan Jin sebagai sekutu Allah. Mereka mengatakan bahwa Allah punya anak laki-laki dan anak perempuan.
Bila kita anggap, pengertian suci yaitu bersih & terhindar dari segala noda, dan tinggi itu penilaian yang digunakan untuk menentukan ukuran berdasarkan skala ukur dari bawah ke atas, lawan nya adalah rendah.
Maka sifat memiliki anak, baik itu laki-laki ataupun perempuan berarti berupa noda bagi Allah. Bila Allah memiliki anak, berarti sifat Allah sudah ternoda sehingga menjadi tidak Suci lagi. Tapi karena Allah Maha Suci maka Allah bersih & terhindar dari sifat memiliki anak, baik itu laki-laki ataupun perempuan.
Dan mereka yang mengatakan bahwa Allah memiliki anak laki-laki ataupun anak perempuan, berarti mereka merendahkan Allah, padahal sebenarnya Allah Maha Tinggi dari sifat memilki anak baik itu laki-laki ataupun perempuan. Seperti halnya kita lihat gedung pencakar langit yang begitu tinggi, sehingga puncaknya jadi tidak terlihat, maka begitu pulalah gambaran kecil perumpamaan sifat Allah yang Maha Tinggi, berarti Allah sangat jauh dari apa yang mereka sifatkan dan betapa Allah sangat tidak seperti yang mereka katakan.
Realita sifat dan sikap Allah berikutnya dapat kita lihat pada :
Surat 6 Al An’aam Ayat : 128
Maha Suci dan Maha Tinggi dari sifat-sifat yang diberikan oleh orang-orang yang menjadikan Jin sebagai sekutu Allah. Mereka mengatakan bahwa Allah punya anak laki-laki dan anak perempuan.
Bila kita anggap, pengertian suci yaitu bersih & terhindar dari segala noda, dan tinggi itu penilaian yang digunakan untuk menentukan ukuran berdasarkan skala ukur dari bawah ke atas, lawan nya adalah rendah.
Maka sifat memiliki anak, baik itu laki-laki ataupun perempuan berarti berupa noda bagi Allah. Bila Allah memiliki anak, berarti sifat Allah sudah ternoda sehingga menjadi tidak Suci lagi. Tapi karena Allah Maha Suci maka Allah bersih & terhindar dari sifat memiliki anak, baik itu laki-laki ataupun perempuan.
Dan mereka yang mengatakan bahwa Allah memiliki anak laki-laki ataupun anak perempuan, berarti mereka merendahkan Allah, padahal sebenarnya Allah Maha Tinggi dari sifat memilki anak baik itu laki-laki ataupun perempuan. Seperti halnya kita lihat gedung pencakar langit yang begitu tinggi, sehingga puncaknya jadi tidak terlihat, maka begitu pulalah gambaran kecil perumpamaan sifat Allah yang Maha Tinggi, berarti Allah sangat jauh dari apa yang mereka sifatkan dan betapa Allah sangat tidak seperti yang mereka katakan.
Realita sifat dan sikap Allah berikutnya dapat kita lihat pada :
Surat 6 Al An’aam Ayat : 128
Bila kita lihat pada ayat ini, maka akan kita temui bahwa Allah Maha Mengetahui siapa saja diantara manusia yang dengan sengaja mau disesatkan oleh Jin, dan siapa yang tidak menyadari akan kesesatannya.
Manusia yang sudah mendapatkan kesenangan dari Jin, maka Allah dengan tegas mengatakan bahwa Neraka-lah tempat yang disediakan untuknya nanti dan dia kekal tinggal di dalamnya.
Tetapi manusia yang tidak menyadari bahwa dia telah disesatkan oleh Jin, maka Allah yang Maha Bijaksana bisa saja berkehendak untuk membuat keputusan lain, misalkan dengan membuatnya menjadi tidak kekal di dalam Neraka.
Dan keputusan itu adalah Hak Allah semata dan tidak ada satupun yang bisa mengganggu gugat.
Tapi apapun keputusan Allah, semua itu berdasarkan karena Dia Maha Mengetahui, sehingga segala kehendak-Nya menunjukkan ke-Maha Bijaksana-an Nya.
Berdasarkan keterangan ini, dapat kita ambil suatu hikmah bahwa :
Kebijaksanaan dalam mengambil keputusan dapat dinilai dan diperoleh berdasarkan sedalam mana pengetahuan yang dimiliki tentang permasalahan yang sedang dihadapi.
Manusia yang sudah mendapatkan kesenangan dari Jin, maka Allah dengan tegas mengatakan bahwa Neraka-lah tempat yang disediakan untuknya nanti dan dia kekal tinggal di dalamnya.
Tetapi manusia yang tidak menyadari bahwa dia telah disesatkan oleh Jin, maka Allah yang Maha Bijaksana bisa saja berkehendak untuk membuat keputusan lain, misalkan dengan membuatnya menjadi tidak kekal di dalam Neraka.
Dan keputusan itu adalah Hak Allah semata dan tidak ada satupun yang bisa mengganggu gugat.
Tapi apapun keputusan Allah, semua itu berdasarkan karena Dia Maha Mengetahui, sehingga segala kehendak-Nya menunjukkan ke-Maha Bijaksana-an Nya.
Berdasarkan keterangan ini, dapat kita ambil suatu hikmah bahwa :
Kebijaksanaan dalam mengambil keputusan dapat dinilai dan diperoleh berdasarkan sedalam mana pengetahuan yang dimiliki tentang permasalahan yang sedang dihadapi.